PEMBAHASAN
Puisi yang berjudul "Kepada
Uang" yang dikarang oleh Joko Pinurbo adalah salah satu puisi karya
sastrawan yang cukup terkenal pada masa sekarang, dalam puisi tersebut, Joko Pinurbo
mengutarakan pikiran dan perasaan mengenai harapan dan cita-citanya. Karena
dari kutipan puisi tersebut Joko Pinurbo menjadikan uang sebagai peran utama,
dimana uang yang selama ini menjadi
tombak pencaharian kehidupan manusia, membuat manusia seakan-akan dikendalikan
dengan uang, benda yang hanya berbentuk kertas dan logam itu bisa menjadikan
manusia bahagia ataupun sengsara. Hal inilah yang menjadi Joko Pinurbo
mengutarakan harapannya dalam puisi yang berjudul "Kepada Uang",
yaitu harapan untuk memiliki sesuatu secara wajar dan tidak muluk-muluk.
Setiap penyair atau
penulis membuat masing-masing definisi tersendiri mengenai puisi, baik definisinya
dikemukakan secara eksplisit atau tidak. Beberapa ahli merumuskan bahwa
pengertian puisi harus menggunakan berbagai pendekatan.
Untuk
memahami arti sebuah puisi, kita perlu membaca dan mengkaji puisi tesebut. Hal
yang mendukung untuk memahami puisi ada dua unsur, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur dari dalam mengenai puisi di antaranya, yaitu :
tema, diksi, gaya
bahasa, jenis puisi, irama, dan bunyi. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur
dari luar yang mempengaruhi puisi tersebut, antara lain yaitu : biografi pengarang,
situasi masyarakat, dan pemikiran pengarang.
PEMBAHASAN
1. Puisi
Kepada Uang
Uang,
berilah aku rumah yang murah saja,
Yang
cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku,
Yang
jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku.
Sabar
ya, aku harus menabung dulu.
Menabung
laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin
juga harus menguras cadangan sakitmu.
Uang,
berilah aku ranjang yang lugu saja,
Yang
cukup hangat buat merawat encok-encokku,
Yang
kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
(Joko Pinurbo 2006 :18).
2. UNSUR INTRINSIK
2.1
Tema
Tema adalah suatu
gagasan pokok sebagai pikiran utama seorang pengarang untuk mengawali sebuah
karya tulis. LH. Santoso, 2007, menafsirkan bahwa tema merupakan pokok pikiran,
dasar cerita, yang di percakapkan yang di pakai sebagai dasar pengarang.
Tema yang terkandung
dalam puisi yang berjudul "Kepada Uang" adalah pengharapan. Hal ini
dapat kita ketahui dari tiap-tiap bait
yang menerangkan bahwa pangarang mengharap uang sebagai subjeknya untuk
mencapai segala kebutuhan dalam
hidupnya. Sebagaimana tercantum dalam baris ke satu bait ke satu dan baris ke
satu bait ke tiga,
"Uang,
berilah aku rumah yang murah saja", dan
"Uang,
berilah aku ranjang yang lugu saja, (Kepada Cium, 2006 : hal 18).
2.2 Diksi
Diksi berarti pemilihan
kata atau kalimat yang tepat dan sesuai dengan sesuatu yang diungkapkan atau diceritakan
(peristiwa, keadaan, waktu, bentuk dan sebagainya) (LH. Santoso, 2007). Oleh sebab
itu pilihan kata merupakan unsur penting dalam menciptakan kepuitisan sebuah
puisi.
Dalam
hal puisi yang berjudul "Kepada Uang" ini, pengarang menggunakan
kata-kata yang sudah umum dalam bahasa keseharian masyarakat, sehingga pembaca
dapat dengan mudah mengerti akan makna puisi tersebut, akan tetapi pengarang
ini mempunyai ciri khas yang setiap karyanya beliau selalu menyisipkan
kata-kata yang menarik seperti puisi yang berjudul "Kepada Uang" ini,
sebagaimana terdapat dalam baris ke
satu, dua, dan tiga, bait ke dua, yaitu :
Sabar
ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu,
menabung mimpimu.
Mungkin juga harus
menguras cadangan sakitmu (Joko Pinurbo 2006 :18).
Hal ini sangat berbeda dengan
sastrawan-sastrawan terdahulu seperti puisinya Sutardji Calzoum Bachri yang
berjudul "Q" dimana ciri khas beliau menggunakan simbol, angka, dan abjad-abjad
yang harus dikaji lebih dalam untuk dapat memahami makna dari puisi itu (Ajip
Rosidi, 2008 : 82).
Dalam puisi ini, pengarang menggunakan
sedikit mungkin kata atau tidak menghambur-hamburkan kata akan tetapi
terkandung makna yang sangat luas. Pengarang juga memperhatikan bunyi karena
mungkin pengarang menyadari bahwa bunyi adalah Faktor pendukung yang sangat
penting dalam pembuatan puisi. Tanpa memperhitungkan bunyi, keindahan dan
kenikmatan puisi akan hilang. Penulis puisi "Kepada Uang" ini mendominasi
bunyi vokal pada tiap akhir baris seperti vokal "a" dan
"u".
2.3 Gaya Bahasa
Setiap
orang atau setiap pengarang mempunyai gaya
bahasa tersendiri yang membuat ciri khas pada dirinya. Perbedaan seorang
pengarang dengan pegarang lainnya kadang-kadang terlihat kecil, tetapi dapat
juga menyorot. Dalam sebuah karya sastra gaya
bahasa ini yang sangat menentukan visi dan perbedaan karya dengan karya yang
lain (M. Atar Semi, 1988 : 48).
Dalam
puisi ini, pengarang menggunakan majas personifikasi, yaitu mengungkapkan atau
mengutarakan suatu benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan
manusia. Contohnya yaitu terdapat dalam bait ke satu, baris ke tiga, yaitu "yang
jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku", bait ke satu, baris ke satu, dua dan tiga, yaitu "Sabar
ya, aku harus menabung dulu". "Menabung laparmu, menabung
mimpimu". "Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu", dan
pada bait ke tiga baris ke satu dan kedua yaitu "uang, beilah aku ranjang
yang lugu saja," dan "yang cukup hangat buat merawat
encok-encokku".
2.4 Jenis Puisi
Ditinjau
dari segi periodisasi kelahiran puisi kita mengenal adanya istilah puisi lama
dan puisi baru atau sering pula dibedakan atas puisi tradisional dan puisi
modern. Dalam puisi tadisional kita jumpai pula berbagai bentuk syair, pantun,
gurindam, pribahasa, sonata, dan lain-lain. (M. Atar Semi, 1988 :101) Dalam puisi baru atau modern kita jumpai
istilah distikon, terzina, quartrain, quint, sextet, septima, stanza dan sonata
(Dra. Suparni, 1990). Puisi "Kepada Uang" termasuk dalam bentuk
terzina karena pengertian bentuk dari terzina sendiri adalah setiap baitnya
terdiri atas tiga baris.
Berdasarkan paparan di
atas, puisi ini termasuk puisi modern karena jika dilihat dari segi
penulisannya, puisi ini diaphaan/polos karena menggunakan kata-kata denotatif,
yaitu kata-kata yang masih mendukung arti yang dikenal secara umum dalam
pemakaiannya sehari-hari.
2.5 Irama
Yang
dimaksud dengan irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi
berulang dan menimbulkan variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang
hidup. Pengaruh irama dalam puisi sangatlah besar, ia menyebabkan terjadinya
rasa keindahan, timbulnya imajinasi, munculnya daya pukau, dan lebih dari itu
ia dapat memperkuat pengertian. (M. Atar Semi, 1988 :120)
Pada puisi kepada uang,
sulit untuk memadukan unsur musikalitas atau irama. pada dasarnya irama dalam
sebuah puisi sukar untuk memadukan unsur musikalitasnya, karena dalam puisi
irama itu tidak begitu jelas sepertihalnya musik.
2.6 Bunyi
Bunyi dalam
puisi memegang peran yang sangat penting; tanpa bunyi yang merdu dan harmonis
tidak akan ada puisi yang dapat dikatakan puitis dan indah. Bunyi erat
hubungannya dengan unsur seperti lagu, irama, melodi dan sebagainya.
Peranannya, di samping sebagai hiasan dan sebagai pemanis, juga mempunyai tugas
mempertajam dan menegaskan makna, serta membentuk nada dan suasana menjadi nada
dan suasana yang efektif dan sugestif. (M. Atar Semi, 1988 :115).
Jadi, dalam sebuah
puisi unsur yang sangat penting yakni bunyi. Seperti halnya puisi kepada uang,
bunyi vokal pada setiap akhir baris, yaitu huruf "a" dan
"u" membuat terasa berat dan
rendahnya bunyi yang dikeluarkan Hal ini melukiskan perasaan jiwa yang tertekan
dan gelisah sehingga dalam puisi "Kepada Uang" terasa jelas sebuah
pengharapan yang diinginkan pengarang terhadap uang.
2.7 Amanat
Amanat
adalah pesan yang akan disampaikan dalam puisi (Mumu Yani Maryani, 2002). Amanat
yang disampaikan pengarang untuk pembaca adalah berdo'a dan berusahalah untuk
mendapatkan apa yang diinginkan, dan do'a itu harus sesuai dengan apa yang
diusahakan karena kita tidak mungkin mampu membeli rumah, ranjang dan
sebagainya jika pekerjaan atau usaha kita tidak ada.
3. UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik adalah
unsur yang berada di luar karya. Walaupun berada diluar karya, akan tetapi
unsur ekstrinsik ini sedikit banyaknya dapat mempengaruhi sebuah karya sastra.
Terdapat beberapa bagian dari unsur ekstrinsik yaitu:
3.1 Biografi Pengarang
Joko Pinurbo dilahirkan di Pelabuhan
Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962. Menempuh pendidikan di SD Sukabumi,
SMP Maguwa, SMA Seminari Mertoyudan Magelang (1981) dan, Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (kini Universitas)
Sanata Dharma Yogyakarta (1987). Joko Pinurbo mengaku mulai gemar menulis puisi
sejak di SMA. Puisi-puisinya tersebar di perbagai media dan buku antologi
bersama. Pada awalnya Joko Pinurbo menrbitkan puisi-puisinya dalam bentuk
stensilan. Buku-buku stensilan itu adalah Sketsa Selamat Malam (1986) dan
Parade Kambing (1986). Kelak lahirlah buku-buku puisi Celana (1999), memparoleh
hadiah sastra lontar 2001. Ia juga menerima Sih Award (Penghargaan puisi
terbaik jurnal puisi) 2001 untuk puisi Celana 1-Celana 2-Celana 3.
Buku
kumpulan puisinya Di Bawah Kibaran Sarung (2001) mandapatkan penghargaan sastra
pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2002. Sebelumnya ia
ditetapkan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Tahun 2005 ia
menerima Penghargaan Sastra Khatulistiwa untuk antologi puisi Kekasihku (2004). Buku kupulan puisinya yang
lain: Pacarkecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Pacar Senja seratus puisi
pilihan (2005), dan Kepada Cium (2007). Dan kumpulan sajaknya celana telah
diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Touser Doll (2002). Selain ke
bahasa Inggris, sejumlah puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa jerman dan
belanda.
3.2 Situasi Masyarakat
Masyarakat
memiliki peranan yang penting dalam apresiasi sebuah sastra. Masyarakat yang
dapat mengatakan karya tersebut baik untuk dibaca atau tidak. Selain masyarakat
berfungsi menilai karya sastra, masyarakat juga mempengaruhi pemikiran
seseorang untuk menghasilkan suatu karya sastra. Begitu juga yang dialami oleh
Joko Pinurbo dalam puisinya berjudul "Kepada Uang". Kondisi
masyarakat atau lingkungan hidup yang realitanya memprihatinkan atau kekurangan,
membuat Joko Pinurbo mengharapkan uang untuk mencapai kehidupan yang layak
seperti rumah yang murah dan ranjang yang lugu. Pengharapan yang tidak terlalu
tinggi (rumah murah dan ranjang yang lugu) menandakan kondisi masyarakat yang
kurang mampu dalam hal keuangan.
3.3 Pemikiran Pengarang
Joko
pinurbo salah satu sastrawan yang cukup terkenal pada masa sekarang. Kebanyakan
karya-karyanya menggunakan kompleksitas yang dialami manusia/masyarakat dalam
kehidupannya. Tragedi itu mengacu kepada realitas, peristiwa dan subjek yang
biasa ditemui dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
3.
Kesimpulan
Dari
paparan puisi karangan Joko Pinurbo yang berjudul kepada uang ini, dapat saya
ambil kesimpulan bahwa puisi yang bergaya bahasa umum ini, ternyata dalam
pemaknaannya cukup dalam dan puisi semacam inilah yang dapat di konsumsi
masyarakat banyak. Selain itu puisi yang berjudul uang ini banyak mengandung
arti yang komplek dalam kehidupan masyarakat seperti halnya kita dituntut agar
selalu berusaha dan berdo'a untuk mencapai apa yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pinurbo, joko. 2003. Kepada
Cium. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rosidi, Ajip. 2008. Puisi Indonesia
Modern. Jakarta
: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Santoso,
LH. 2007 Kamus Modern Bahasa Indonesia. Surabaya:
PT. Pustaka Harapan.
Semi, Atar M. 1988. Anatomi
Sastra. Padang
: Angkasa Raya.
Suparni,
Dra. 1990. Bahasa dan Sastra Indonesia
Untuk SMA Kelas II. Bandung
: Ganeca Exact.
Yani Maryani, Mumu. 2002.
Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia.
Pustaka Setia.