PEMBAHASAN
A.
Definisi
dan Prinsip Perkembangan
Perkembangan adalah pola perubahan
biologis, kognitif, dan sosio-emosional
yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di sepanjang hayat. [1]
Kebanyakan orang mempersepsikan
perkembangan adalah pertumbuhan yang berakhir pada (penurunan kondisi)
kematian.
Pola perkembangan anak adalah pola yang
kompleks yang meliputi proses biologis, kognitif, dan sosioemosional dan
periodisasinya.
Menurut Santrock, perkembangan biologis
adalah perubahan dalam tubuh anak. Dalam hal ini warisan genetik memegang
peranan penting. Proses biologis ini melandasi perkembangan otak, berat dan
tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa
puber.
Sementara itu, proses kognitif adalah
perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses ini memampukan
anak untuk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal
matematika, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi
pembicaraan yang bermakna.
Sedangkan proses sosioemosional adalah
perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan
perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan
ketegasan ank perempuan, dan perasaan gembira remaja saat mendapat nilai yang
baik semuanya itu mencerminkan proses ini.
Periodisasi perkembangan meliputi:
·
Infancy
adalah periode dari kelahiran sampai 2 tahun
·
Early
childhood (usia prasekolah) adalah periode 2 tahun – 6 tahun
·
Middle
and late childhood (masa sekolah dasar)
adalah masa 6 tahun – 11 tahun
·
Adolescence
(remaja) adalah masa transisi uai anak menuju dewasa (10 tahun - 20 tahun)
·
Early
adulthood
adalah periode akhir usia remaja (20 tahun – 30 tahun)
·
Adult
(dewasa)
B. Otak dan Perkembangan
Kognitif
Otak adalah benda putih yang lunak, terdapat di dalam
rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf[2],
yang memiliki stidaknya seratus milyar sel saraf sel saraf dan masing-masing
sel saraf itu mempunyai ribuan sambungan/simpul.[3]
Jumlah dan ukuran saraf otak terus
bertambah setidaknya sampai usia remaja.
Beberapa penambahan ukuran otak dan perkembangan juga disebabkan oleh
myelination yaitu proses yang ditunjukkan sel otak dan system saraf yang
diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat. Aspek penting
lain adalah synapse yaitu jarak tipis antarneuron tempat terbentunya koneksi
antarneuron.
Dalam studi terbaru yang menggunakan
teknik pemindaian (scanning) otak yang canggih bahwa otak anak tampak mengalami
perubahan anatomis yang substansial adalah antara usia 3 – 15 tahun (Thomson dkk,
200, dalam Santrock).[4]
Otak memiliki lateralisasi yaitu
spesialisasi fungsi dalam satu bagian otak atau satu bagian yang
lainnya. Dalam individu dengan otak yang utuh, ada spesialisasi fungsi di
beberapa area, yaitu:
1. Pemrosesan
verbal, kebanyak individu, ucapan dan tata bahasa berada dalam belahan kiri
otak. Akan tetapi, ini bukan berarti ini bukan berarti bahwa semua pemrosesan
bahasa dilakukan di belahan kiri.
2. Pemrosesan
nonverbal, belahan kanan biasanya lebih dominan dalam pemrosesan informasi
nonverbal, seperti persepsi ruang (spasial), pengenalan visual, dan emosi.
Karena
perbedaan dalam fungsi dua belahan otak inilah banyak orang yang menggunakan
istilah otak kiri dan otak kanan untuk menyebutkan belahan mana yang dominan. Misalnya secara
berlebihan mengatakan bahwa otak kiri bersifat logis dan otak kanan bersifat
kreatif. Padahal, fungsi paling kompleks tentang keduanya dalam diri orang
orang normal melbatkan komunikasi antara kedua belahan otak tersebut.
Otak manusia adalah sebuah organ yang
sangat rumit, yang mencakup setidaknya seratus milyar sel saraf, yang di
dalamnya terdapat neuron, sinapsis, akson, selubung myelin, dan bagian lainnya
yang terdapat dalam otak. Peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan
kognitif :
·
Sebagian besar
pembelajaran kemungkinan melibatkan perubahan-perubahan di neuron dan sinapsis.
·
Perubahan-perubahan
perkembangan yang terjadi di otak memungkinkan terjadinya proses berpikir yang
semakin kompleks dan efisien.
·
Banyak bagian otak
bekerja sama secara harmonis untuk memudahkan terjadinya proses berpikir dan
berperilaku yang rumit.
·
Otak tetap mampu
beradaptasi seumur hidup.
Perkembangan
otak mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Kognitif dapat diartikan sebagai
potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.
Ormrod
menyebutkan perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan berpikir dan
penalaran yang semakin canggih seiring bertambahnya usia. Sedangkan
perkembangan linguistik atau bahasa adalah perkembangan pemahaman dan
penggunaan bahasa yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.[5]
Prinsip Perkembangan Manusia menurut
Ormrod adalah sebagai berikut.
·
Urutan perkembangan dapat
diramalkan
Perkembangan
manusia sering kali dicirikan oleh tonggak perkembangan, perilaku-perilaku baru
yang semakin kompleks seiring meningkatnya tahap perkembangan yang muncul dalam
urutan yang dapat diramalkan.
·
Berkembang dalam
kecepatan yang berbeda
Perkembangan
tidak terjadi dalam kecepatan yang konstan. Suatu pertumbuhan yang relatif
cepat dapat diselingi dengan pertumbuhan yang lambat. Sejumlah pakar
menggunakan pola-pola pertumbuhan dan perubahan yang tidak rata semacam itu
sebagai bukti adanya periode-periode perkembangan yang secara kualitatif
berbeda.
·
Faktor hereditas
(keturunan)
Hampir
semua aspek perkembangan anak dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung
oleh susunan genetis anak yang bersangkutan. Meski demikian, tidak semua
karakteristik turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran. Hereditas terus
mempengaruhi perkembangan anak sepanjang proses kematangan.
·
Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan juga memberikan kontribusi yang penting terhadap perkembangan. kondisi
lingkungan dapat mempengaruhi karakteristik yang sebagian besar dikendalikan
oleh faktor hereditas.
·
Hereditas dan
lingkungan saling berinteraksi membentuk perilaku.
Faktor
hereditas dan lingkungan saling berinteraksi dan tidak dapat dipisahkan. Gen
membutuhkan dukungan lingkungan agar dapat beroperasi. Jadi, tidak bisa
dikatakan bahwa genetik lebih berpengaruh terhadap perkembangan anak dan
sebaliknya. Tapi, keduanya saling berkaitan.
C.
Teori
Perkembangan Kognitif Piaget
Jean
Piaget (1896-1980) pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam memahami dunia
mereka yang aktif itu mereka menggunakan
skema (kerangka kognitif /kerangka referensi) Sekama (schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran
individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi.
§ Piaget mengatakan ada dua proses
yang bertanggung jawab atas cara anak
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan
yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
§
Sedangkan, akomodasi
adalah proses ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru. Akomodasi adalah mengubah skema
yang telah ada agar sesuai dengan situasi baru. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.[6]
Piaget
menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka
sendiri, informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam
pikiran-pikiran mereka. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif
memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak
didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan
yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan
lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat
subjektif waktu masih bayi dan masa kanak–kanak awal dan menjadi objektif dalam
masa dewasa awal.
Beberapa
asumsi Piaget tentang perkembangan kognitif anak.
- Pertama, Piaget berasumsi bahwa anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan termotivasi. Ia meyakini bahwa anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut dengan bereksperimen dan mengamati dampak tindakan mereka.
- Asumsi kedua, bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman. Anak-anak tidak hanya mengumpulkan hal-hal yang telah mereka pelajari saja, tapi mereka juga menggabungkan pengalaman-pengalamannya menjadi suatu pandangan terintegrasi mengenai cara kerja dunia disekitarnya. Teori ini terkadang disebut teori konstruktivisme yaitu perspektif teoritis yang menyatakan bahwa para pembelajar mengkonstruksi (construct), alih-alih menyerap, pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka. Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah kumpulan tindakan dan pikiran yang serupa, yang digunakan secara berulang dalm rangka merespons lingkungan (Ormrod, 2009:41). Tiap anak memiliki skema yang berbeda-beda sesuai dengan periode perkembangannya.
- Asumsi ketiga adalah bahwa ana-anak belajar melalui dua proses yang saling melengkapi yaitu proses penyesuaian skema (adaptasi) sebagai tanggapan atas lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi.
§ Asimilasi adalah proses memahami objek atau
peristiwa baru berdasar skema yang telah ada. Proses ini bersifat subjektif,
karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
§ Akomodasi adalah mengubah skema yang telah
ada agar sesuai dengan situasi baru. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. (Slavin, 2011:43)
·
Asumsi keempat adalah bahwa interaksi
anak dengan lingkungan fisik dan sosial adalah faktor yang sangat penting bagi
perkembangan kognitif. Dalam pandangan Piaget, interaksi sosial juga sama
pentingnya bagi perkembangan kognitif anak.
·
Asumsi kelima adalah bahwa proses
equilibirasi mendorong kemajuan ke arah kemampuan berpikir yang semakin
kompleks. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak sering berada dalam kondisi equilibrium
yaitu proses di mana seorang individu merespons peristiwa-peristiwa baru
berdasarkan skema yang sudah ada. Seiring waktu dan pertumbuhan mereka
terkadang menemukan situasi di mana pengetahuan atau keterampilan yang mereka
miliki tidak memadai, seperti ketidaknyamanan mental yang mendorong anak-anak
berusaha memahami hal-hal yang sedang mereka observasi yang disebut disequilibirium.
Setelah proses tersebut terjadi, akan kembali ke kondisi equilibirium. Proses
pergerakan dari ekuilibirium ke disequilibirium lalu kembali lagi ke
equilibirium disebut sebagai equilibrasi.
·
Asumsi keenam adalah bahwa
sebagai salah satu akibat dari perubahan kematangan di otak, anak-anak berpikir
dengan cara-cara yang secara kualitatif berbeda pada usia yang berbeda. Otak
terus berkembang sepanjang masa seiring bertambahnya usia proses berpikirnya
semakin kompleks. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dimulai pada usia
sekitar 2 tahun, dan terjadi lagi pada usia 6 atau 7 tahun, dan terjadi lagi
saat masa pubertas.[7]
Piaget membagi perkembangan kognitif
anak ke dalam empat periode utama yang berkorelasi dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2
tahun)
Bagi anak
yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota
tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu
dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada
penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya
terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda
tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan
bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai
dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam
symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara
binatang, dll.
2. Periode praoperasional (usia 2–7
tahun)
Tahap ini
adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis disbanding tahap sensorimotor. Tahap
ini lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Tahap ini adalah persiapan
untuk pengorganisasian kea rah yang lebih konkret. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis,
sehingga jika ia melihat objek-objek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu
kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri anak
pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih
secara bersamaan.
3. Periode operasional konkrit (usia
7–11 tahun)
Pada
umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
benda benda konkret. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada
saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek
fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan
besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4. Periode operasional formal (usia 11
tahun sampai dewasa)
Pada tahap
ini anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang
abstrak dan menggunakan logika. Ini adalah tahap kognitif terakhir. Pada tahap ini individu sudah mulai
memikirkan pengalaman kongkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis,
dan logis. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu
bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah
memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
D.
Teori Lev
Vygotsky tentang Peran Sosio-cultural dalam Perkembangan
Bahasa
Teori Vygotsky mendukung teori Piaget
yang meyakini bahwa perkembangan kognitif anak berkembang sesuai dengan
tahapan-tahapan usianya. kalau Piaget berpandangan bahwa anak-anak memegang
kendali terhadap perkembangan kognitif mereka sendiri. Sedangkan Vygotsky
meyakini bahwa orang-orang dewasa di masyarakat mendorong perkembangan kognitif
anak secara sengaja dan sistematis. Jadi, biarkanlah anak bersosialisasi dengan
orang lain. Masyarakat dan budaya berperan penting terhadap perkembangan
kognitif anak, dengan anggapan tersebut teori ini disebut sebagai perspektif sosiokultural.
Beberapa
asumsi Vygotsy tentang perkembangan kognitif anak :
·
Percakapan pribadi.
Percakapan pribadi adalah mekanisme yang ditekankan Vygotsky untuk mengubah
pengetahuan bersama menjadi pengetahuan pribadi. Vygotsky berpendapat bahwa
anak-anak menyerap percakapan orang lain kemudian menggunakan percakapan itu untuk
membantu diri sendiri memecahkan masalah.
·
Zona Perkembangan
Proksimal (ZPD). Zona of proximal
development (ZPD) adalah rentang jenis tugas yang dapat diselesaikan
seorang pembelajar dengan bantuan dan bimbingan orang lain, namun yang tidak
dapat diselesaikan pembelajar yang sama secara mandiri (Ormrod, 2009:58). Tugas-tugas
dalam zona perkembangan proksimal adalah sesuatu yang masih belum dapat
dikerjakan dengan bantuan teman yang lebih kompeten atau orang dewasa.
Tugas-tugas yang menantang akan mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum.
·
Pentanggaan. Pentanggaan
(scaffolding) adalah mekanisme
pendukung yang membantu seorang pembelajar untuk berhasil menyelesaikan suatu
tugas dalam zona perkembangan proksimalnya (Ormord, 2009:63). Pentanggaan
berarti menyediakan banyak dudkungan kepada seoarang anak selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi dukungan dan meminta anak tersebut
memikul tanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup ((Rosenshine &
Meister, 1992) dalam Slavin, 2011 :59).
·
Pembelajaran
Kooperatif. Anak-anak bekerja sama untuk membantu satu sama lain, dan adanya
interaksi dengan rekan sebaya yang memungkinkan percakapan batin anak-anak
tersedia bagi yang lain, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman tentang
proses penalaran satu sama lain.
E.
Perkembangan
Bahasa
Menurut
Vygotsky (1962) anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi
social, tetapi juga untuk merecanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya
sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri dinamakan “pembicaraan
batin” (inner speech) atau
“pembicaraan privat” (private speech).
Menurut Piaget, private speech
bersifat egosentris dan tidak dewasa, tetapi menurut Vygotsky, private speech adalah alat penting bagi
pemikiran selama masa anak-anak. Ia percaya bahwa bahasa dan pikiran pada
mulanya berkembang sendiri-sendiri lalu kemudian bergabung.
Padangan Vygotsky terhadap bahasa
bertentangan dengan Piaget. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa bahkan dalam
bentuknya yang paling awal sekalipun, berbasis sosial. Sedangkan Piaget
menganggap pembicaraan anak sebagai nonsosial dan egosentris. Menurut Vygotsy,
ketika anak kecil berbicara pada dirinya sendiri, mereka menggunakan bahasa
untuk mengatur perilaku mereka sendiri. Sedangkan Piaget percaya bahwa kegiatan
bicara dengan diri sendiri itu mencerminkan ketidakdewasaan (immaturity)
Lingkungan seorang anak memainkan
peranan penting dalam perkembangan linguistik. Di mana anak-anak mulai
mengucapkan kata-kata yang dapat dikenali sekitar usia 1 tahun. Selanjutnya,
anak mulai menggabung-gabungkan kata-kata tersebut pada usia sekitar 2 tahun.
Selama periode taman kanak-kanak, mereka mulai mampu menyusun kalimat yang
semakin panjang dan kompleks. Saat mereka mulai masuk sekolah kira-kira pada
usia 5 atau 6 tahun, mereka menggunakan bahasa yang menyerupai bahasa orang
dewasa. Kemampuan bahasa tersebut terus berkembang dan matang sepanjang masa
kanak-kanak dan remaja.
Pertama adalah perkembangan kosakata,
perubahan yang nyata dalam bahasa anak-anak semasa tahun tahun sekolah adalah
peningkatan kosakata. Pengetahuan mengenai makna-makna kata disebut semantika. Kemudian dilanjutkan dengan
perkembangan sintaksis, di mana
anak-anak mulai meletakkan berbagai kata sekaligus menjadi kalimat-kalimat yang
memiliki aturan atau tata bahasa yang tepat.
Perkembangan selanjutnya adalah
perkembangan kemampuan mendengarkan, kemampuan anak memahami apa yang didengar
dipengruhi oleh pengetahuan mereka mengenai kosakata dan sintaksis, namun
faktor-faktor lain juga berpengaruh. Dilanjutkan dengan perkembangan
keterampilan komunikasi lisan. Sebuah kmponen komunikasi lisan yang efektif
adalah pragmatika, yaitu
konvensi-konvensi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang tepat dengan
orang lain. pragmatika mecakup tidak hanya peraturan-peraturan mengenai etiket,
tetapi juga mencakup strategi-strategi mengawali dan mengakhiri percakapan,
mengubah subjek pembicaraan, menceritakan kisah, dan berdebat secara efektif.
Kurangnya keterampilan gramatika bisa sangat menghambat hubungan siswa dengan
teman-temannya.
Selanjutnya perkembanagn kesadaran metalinguistik,
yaitu kemampuan memikirkan hakikat bahasa itu sendiri. Kesadaran metalinguistik
tampaknya berkembang lambat seiring berlalunya waktu. Tingkat pemahaman tentang
suatu hakikat bahasa berbeda-beda tiap periode perkembangannya, semakin
bertambah usia kesadaran mereka semakin tinggi dalam memahami apa itu bahasa
dan bagaimana fungsinya. Mempelajari bahasa kedua bisa mendorong kesadaran
metalinguistik anak, di mana anak bisa mengembangkan kesadaran fonologisnya untuk bisa mendengarkan bunyi-bunyi yang khas
yang menyususn kata-kata lain.
F.
Implikasi
terhadap Pendidikan
1.
Implikasi
Teori Piaget terhadap Pendidikan
Teori Piaget memusatkan perhatian pada
gagasan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan pendidikan dengan
lingkungan, kurikulum, bahan ajar, dan pengjaran yang sesuai bagi siswa dari sudut
kemampuan fisik dan kognisi mereka dan kebutuhan sosial dan emosi mereka. Implikasinya sebagai
berikut :
·
Fokus pada pemikiran
siswa, bukan hanya hasilnya.
·
Pengakuan atas peran
penting kegiatan pembelajaran berdasar keterlibatan aktif yang diprakarsai
sendiri oleh siswa.
·
Tidak menekankan
praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa berfikir seperti orang dewasa.
·
Penerimaan atas
perbedaan kemajuan perkembangan masing-masing orang.
2.
Implikasi
Teori Vygotsky dalam Pengajaran
·
Keinginan menyususn
rencana pembelajaran kooperatif di antara kelompok-kelompok siswa yang
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda yang dapat membantu belajar satu sama
lain.
·
Pendekatan pengajaran
Vygotsky menekankan pentanggaan, dengan siswa yang memikul makin banyak
tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Dengan menyediakan isyarat dan
bisikan pada tingkat yang berbeda. Dalam petanggaan, orang dewasa tidak
menyederhanakan tugas, tapi peran belajar yang disederhanakan melalui campur
tangan gurunya secara bertahap.
GLOSARIUM
Adolescence
(remaja) adalah masa transisi uai anak menuju dewasa (10 tahun - 20 tahun)
Adult
(dewasa)
Akomodasi adalah proses merespons suatu
peristiwa baru dengan memodifikasi suatu rancangan yang telah ada atau dengan
membentuk suatu rancangan baru
Asimilasi
adalah
proses merespons suatu peristiwa baru secara konsisten dengan rancangan yang
telah dimiliki
Disequilibirium
adalah proses di mana seorang individu tidak mampu
merespons peristiwa-peristiwa baru sesuai skema yang telah ada; pada umumnya
disertai ketidaknyamanan mental
Early childhood
(usia prasekolah) adalah periode 2 tahun
– 6 tahun
Middle and late
childhood (masa sekolah dasar) adalah masa 6
tahun – 11 tahun
Early adulthood adalah periode akhir usia remaja (20 tahun –
30 tahun)
Egosenstrisme
adalah ktidakmampuan annak-anak pada
tahap praoprasional untuk melihat situasi dari perspektif orang lain
Equiliibirasi
adalah pergerakan dari aquilibirium ke
disequilibirium dan kembali lagi ke equlibirium; suatu proses yang mendorong
perkembanagn pikiran dan pemahaman yang semakin kompleks
Equilibirium
adalah proses di mana seorang individu merespons
peristiwa-peristiwa baru berdasarkan skema yang sudah ada
inner
speech adalah pembicaraan batin
Infancy
adalah periode dari kelahiran sampai 2
tahun
Kesadaran
Fonologis adalah kemampuan untuk mendengar
bunyi-bunyi yang khas yang menyusun kata-kata lisan
Kesadaran
Metalinguistik adalah kemampuan memikirkan
hakikat atau sifat bahasa itu sendiri
Konservasi adalah
kesadaran bahwa suatu volume atau massa suatu materi tidak ditambahi atau
dikurangi, melainkan tetap sama sekalipun wadah, bentuk, atau susunan materi
tersebut diubah
Konstruktivisme adalah perspektif teoritis yang
menyatakan bahwa para pembelajar mengkonstruksi (construct), alih-alih menyerap,
pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka
Penalaran
deduktif adalah proses penarikan kesimpulan
logis mengenai sesuatu yang pasti benar, berdasarkan informasi yang sebelumnya
telah diketahui benar
Perspektif
sosiokultural adalah perspektif teoritis yang
menekankan pentingnya masyarakat dan budaya dalam meningkatkan perkembangan
kognitif
Pragmatika
adalah pengetahuan mengenai konvensi-konvensi sosial yang khas budaya tetentu,
yangb berfungsi memandu inetraksi verbal
Private
speech adalah pembicaraan privat
Scaffolding
adalah mekanisme pendukung yang membantu
seorang pembelajar untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas dalam zona
perkembangan proksimal
Semantika
adalah makna kat-kata dan kombinasi-kombiasinya
Sintaksis
adalah rangkaian peraturan yang digunakan seorang seringkali tanpa disadari
untuk menempatkan kata-kata yang menjadi kalimat
Skema adalah kelompok
tindakan atau pikiran yang serupa dan terorganisasi, yang digunakan secara
berulang dalam rangka merespons
ZPD/Zona
of proximal depelovment adalah rentang jenis
tugas yang dapat diselesaikan seorang pembelajar dengan bantuan dan bimbingan
orang lain, namun yang tidak dapat diselesaikan pembelajar yang sama secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ormrod, Jeanne
Ellis 2009. Educational psychology
develoving learners
(edisi terjemahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Santrock, John
W. 2001. Educational Psychology
(edisi
terjemahan). Jakarta: Kencan
Prenada Media Group.
Slavin, Robert
E. 2011. Educational psychology (edisi terjemahan). Edisi Kesembilan.
Jakarta: PT Indeks.